jangan lupa ditulis..
HIDUPMU ADALAH HIDUPKU
Ore
itu langit begitu gelap dengan hembusan angin menerbangkan dedaunan. Ya hari
begituu mendung pertanda hujan deras akan membasahi bumi. “bener nih lo nggak
mau nginap?” Tanya ku sekali lagi pada Rere Sahabat baikku. “Nggak deh gue
pulang aja nggak enak kan ntar ada pacar lo datang kemari” sahut rere. “Mii gue
pulang yaa..” keluar rumah dan pergi. Ya rere adalah sahabat baik ku, kami
berteman saat dia menolongku dari anak-anak yang suka jail. Rere adalah anak
pindahan dari Bandung dia pindah ke Jakarta karena dipaksa oleh tantenya untuk
sekolah di Jakarta sedangkan ortunya tetap tinggal di Bandung. Rere adalah anak
yang misterius bagiku karena terkadang dia tertawa lepas namun terkadang juga
dia menyendiri.
Keesokan harinya kami bertemu disekolah dan
aku menghampiri seorang gadis yang duduk ditaman sekolah itu. “Hay Re” sapa ku
pada gadis yang selalu membawa sebuah buku pribadinya itu hanya senyuman
termanis yang dia berikan padaku. “Re lo mau nggak ikut keacara Radit ntar
malam?” Tanya ku pada Rere namun Rere hanya senyum sambil menggeleng. Entah ada
apa setiap ku mengajak Rere bertemu Radit dia selalu menolak. Dia pernah
berkata bahwa Radit adalah cowok perfect yang pernah ia kenal. Rere juga
mengaku iri denganku karena memilliki seorang kekasih seperti Radit.
Tak
lama kemudian lonceng pun berbunyi jam pelajaran petama adalah bahasa jepang
pelajaran favoritnya Rere maklum dia bercita-cita ingin sekali ke Jepang hehe.
Namun anehnya kali ini Rere terasa tidak
semangat dia hanya diam smbil menuis dibuku pribadinya itu yang tak seorangpun
boleh meminjamnya. Entah apa isi buku pribadinya itu. Akupun penasaran setiap
kali ku pinjam ia selalu melarang dan pernah sesekali ku memaksa hingga
akhirnya ia marah padaku. Semenjak itu akupun tak pernah membahas tentang buku
pribadinya itu lagi. Pelajaran pun telah usai. Rere pergi begitu saja tanpa
pamit padaku entah ada apa dengan dirinya kali ini, sejak kemarin malam dia
selalu bersikap dingin padaku. Aku merasa tak melakukan kesalahan apapun
padanya mungkin dia hanya sedang datang bulan pikirku.
Malam
harinya tepat jam 19.00 dia datang kerumah ku dengan gaun berwana hitam dan
seluruh pernak pernik berwarna hitam. “Rere.. ada apaa? Ayo masuk.” Jawab ku
padanya sambil berjalan menuju kamar. dengan masih keheranan dengan semua corak
hitam yang ia pakai aku mencoba
menegurnya. “Lo cantik banget Re” kata ku padanya. “Makasih Mi.. tapi gue boleh
kan ikut lo keacara Radit?” Tanya Rere dengan senyuman “tentu aja boleh donk Re
kan lo sahabaat Radit juga, ya udah bentar ya gue ganti baju dulu” jawab ku.
Tepat
jam 19.20 kami pun berangkat. Sepanjang perjalanan ku terus menatap Rere yang
terlihat bagiku ada sesuatu yang aneh darinya malam ini. “Mi lo percaya nggak tentang kisah pertemanan
yang munafik?” Tanya Rere padaku dengan spontan sedikit membuatku kaget.” tentu
aja nggak itukan hanyalah sebuah cerita”. Jawabku atas pertanyaan Rere. “Tapi
pertemanan itu kan nggak mungkin selamanya baik Mii.. !!” “iyaa tapi gue percaya
itu hanyalah sebuah cerita belaka aja hehe. Ada apa sih kok lo nanya gitu?”
Tanya ku pada Rere. “Yaah gue kan tanya aja Mi heehe” jawab Rere smbil
tersenyum manja. Aku benar-benar merasa keheranan dengan sikapnya hari ini..
saat disekolah dia hanya terdiam dan tidak bersemangat dan sekarang dia ke
acara Radit dengan paduan warna seluruh hitam dan ia bertanya padaku tentang
persahabatan yang munafik. Aku berusaha
tidak berpikir buruk dengan semua kejadian hari ini. Bagiku Rere adalah sahabat
yang telah ku anggap sebagai saudaraku sendiri. Aku tak ingin ada pertengkaran
diantara kami.
Setibanya
diacara kami menemui Radit dan mengucpkan selamat padanya. “Hay Ditt met ultah yaa” sapa Rere
dari jauh. “Mett ultah yaa ditt sapa ku kemudian” “Makasih ya udah mau datang”
jawab Radit dengan tersenyum manis. “Ciee kayaknya gue ganggu nih gue pergi
dulu yaa chinn.”. sahut Rere kemudian sambil
pergi meninggalkan ku dan Radit. Ya Radit adalah pacar ku. Kami telah 2 tahun
pacaran dan selama ini masih baik-baik saja.
Acara
sudah selesai namun aku tak pernah bertemu dengan Rere entah dimana dia
sekarang. Tiba-tiba saja hp ku berdering sms dari Rere.” Astaga anak ini..!!”
dengan kaget dan sebal ku membaca sms darinya. “Ada apa?” tanya Radit. “Rere
ternyata sudah pulang duluan” jawab ku
dengan sebal. “Ya udah aku pulang juga yaa Ditt see you say” jwb ku pada cowok
yang sangat ku sayangi itu. “Sayang, biar ku antar ya..” jawab Radit sambil
tersenyum simpul.” Nggak usah deh aku pulang sendiri aja disinikan masih ada
temen-temen yang lain jadi jangan ditinggal ntar mereka bawa kabur semua
makanan lagi hehe” jawabku sambil tertawa dan Radit pun ikut tertawa. Sesampainya dirumah aku kebingungan dengan Rere
yang pulang duluan saat acara Radit berlangsung dia hilaang begitu saja.
Kejadian ini menambah kuat pikiranku bahwa ada something yang ia sembunyikan
dariku. Hari ini sikapnya begitu membuatku tanda tanya.
“Hay
Mii ohayo gozaimasu..” sapa Rere yang mengagetkan ku Dari belakang “ Ohayo
gozaimasu Rere.. seneng banget lo ad ap nih? Oh yak kok semalem lo nyelonong
pergi aja, itu namanya tidak sopan hehe” Tanya ku pada Rere dengan nyengir.
Tanpa ada jawaban Rere hanya tersenyum lebay alias nyengir kuda. “.Mii ntar
temenin gue yaa ke toko buku” ajakan Rere padaku. “Haahhhhhh…..!!! serius lo!
Sejak kapan lo pengen ke toko buku? Tumben banget deh.” Tanya ku dengan sentak
kaget.” Yeaahh itu sih bukan urusan lo kalee hehe” jawab Rere dengan tersenyum
kesal. “Oke deh ntar gue temenin tapi bayar yaa nggak gratis hehe “jawab ku
dengan seenyuman gelii.” Iyaa dah 1 mangkok bakso plus 1 gelas es teh ndeso
banget selera lo Mii hahaha.” Jawab rere sambil ngeledek. Pembicaraan kami pun
terputus saat lonceng sekolah berbunyi. Teng-teng-tengg
Kriiiiiinnnngggggggggggggggggggggggggg……………………….!!
Bunyi bel sekolang yang sangat panjang sebagai pertanda pelajaran telah usai.”
Mi jadi kan nemenin gue ke toko buku” tanya Rere sambil berkemas buku-buku. “Iyeah
bawel amat ya lo jengg hehe.” Pribadinya memang begitu misterius dengan semua
sikapnya yang kemarin bagai orang putus cinta ehh hari ini bagai seorang
perempuan yang menemukan sang pangeran pujaannya. hehe
Setibanya
ditoko buku rere menarik tangan ku dengan gesitnya sepeti orang yang ngejar
maling hahah.. entah ad apa dengan Rere tiba-tiba berubah senang membaca buku. “Mi
buku nih bagus nggak?” Tanya Rere pada ku. “Miss you darling” ku sebut nama
judul buku tersebut dan aku pun hanya tertawa geli..” apaan sih Mi kokk ketawa?
Diam deh malu-maluin aja lo Mi diliatin orang nih.” “Hahahaaa lo jatuh cinta yaa Re..?” tanya ku
pada Rere. “Apaan sih gue tadi cuma nanya aja.!” Jawab Rere kesal.
“Bentar
yaa gue bayar dikasir dulu.” Sahut Rere. “Mi yukk pulang gue dah selesai nih” “Beli
buku ap jengg?” Tanya ku sambil menahan tawa. “Kenapa! Lo pikir gue beli buku
cinta apa?” Jawabnya bete. “Yeah jeng jangan ngambek dong” jawab ku dengan
wajah memelas. “Nih buku cerita kokk”
jawab Rere. “Liat dong!” jawab ku sambil membaca judulnya. “Sahabat penghianat,
wahh ngeri amat lo beli buku kayak gini.” Sahutku dengan begitu kaget. “Santai
mbak bro kan lo sendiri yang bilang ini cuma cerita belaka doang kan” jawab Rere
dengan serius. Pembicaraan kami berakhir saat di tikungan rumah ku. Ya rumah
kami memang beda arah namun tak terlalu jauh nggak nyampe lari maraton kok
hehe.
saat
aku sedang asik baring dikamar tiba-tiba saja ibu ku mengetuk kamar dan berkata
“nih ada kado buat kamu Mi.” “dari siapa bu?” Berdiri beranjak membuka pintu. “Nggak
ada namanya Mi nih kamu buka aja dulu ibu mau pergi arisan dulu ya ohh yaa Mi
waktu kamu pergi ke acara radit kamu tau nggak ayah kamu kemana? Soalnya ayah
kamu nggak ada dirumah tiba-tiba aja pergi”. Tanya ibuku. “Ngggak tau deh bu mungkin aja ada urusan mendadak” jawab ku simpel.
Dengan
rasa penasaran aku membuka kado tersebutt.. dan………………… aaaggghhhhhhhhh
gubrakk.! Betapa terkejutnya aku isi kado tersebut adalah kain hitam yang penuh
dengan bercak darah mengerikan. Tangan ku bergetar dan spontan saja air menetes
dari mata hingga pipi dan terus turun kedagu ku. Aku begitu ketakutan. Entah
siapa yang saat ini begitu membenciku hingga tega melakukan ini padaku.
“Mangg..
mang.. cec ep sini cepeett” teriak ku memenggil tukang kebun rumah ku itu
dengan masih panik teriakan ku seakan aku adalah orang gagap. “Ada apa mbak Emi”
jawab mang Cecep sambil berlari menuju kamar. “Mang cepet buang kado ini cepett..!!!”
pintaku dengan rasa takut dan masih terkejut. “Iya-iya non mamamg buang beneran
nih non”. Tanya mang Cecep. “Iihhhh iyaa!! Cepet buang” jawabku kesal.
Tiittt
tiittt tiittt…” halo.. kenapa miss Emi?”
“Re lo kerumah gue dong. Pliiss banget yeah!” Suara ku daalam telpon yang masih ketakutan
dengan semua yang terjadi. “Ada apaan sih Mi lo panik banget” “Udah deh lo
kesini aja ntar gue jelasin cepet yaa GPL.” Tuutt tutt tanpa penjelasan dan
panik aku langsung mematikan ponsel.
“Konichiwa!!”
Suara itu tak asing bagiku. “Masuk Re nggak dikunci kokk.” “Kenapa lo kesambet
apaan ?” sahut Rere sambil berjalan menuju kamar. “Duh Re kayaknya ada yang
jahatin gue deh”. Jawab ku dengan wajah
serius dan panik “lebay deh lo” jawab Rere
singkat. “Gue serius nih tadi gue dapat kado gitu tanpa nama and isinya tuh
kain hitam dengan bercak darah serem deh pokoknya Re”. “haahhhh serius lo salah
kirim kali Mi” jawab Rere santai. “Nggak mungkin lah Re dikainnya itu tertera
nama gue EMI SAPUTRI” “Nama lo tu
pasaran Mi jadi banyak juga yang punya nama kayak lo hahaaha. Iya deh sekarang
lo tenang aja jangan terlalu dipikirin” jawab Rere tenang.
“Oohh
yaa Mi kita sahabatan baik kan?” Tanya Rere. “Iya donk lo itu jiwa gue dan gue
nyawa lo kita adalah frend for ever hehe”
jawab ku dengan nyengir semangat. “Iyaa friend thanks ya lo dah baik banget ma
gue hehe” Rere menjawab dengan nada lebay.
keesokan
harinya rere tak masuk sekolah dia izin karna ingin menemui ibunya yang sedang
sakit di luar kota. Tiba-tiba aku kaget karena diloker sekolah ku ada surat
dengan amplop berwarna merah hati entah siapa pengirimnya hanyalah tertulis to:
Emi Saputri. Dengan rasa deg degan aku
langsung membuka amplop tersebutt. “Aagghhhhh” dengan kagetnya aku langsung memjatuhkan
amplop itu kelantai dan berlari sekencang mungkin keruang kelas.
“Lo
kenapa Mii??” sahut salah satu temen ku. “”Oohh nggak apa-apa kok gue takut
telat aja hhehe. Jawab ku dengan tenang.
Aku segera menulis pesan melalui hp untuk menceritakan pada Rere bahwa
ada yang mengirimkan ku surat dengat tulisan darah yang mengerikan itu. Bagiku
Rere adalah satu-satunya orang yang bisa menolongku dan selalu mendengar
ceritaku pada saat senang ataupun sedih seperti saat ini.
Kriingg..ktiinggg……………
hp ku berdering dengan nama Rere lah yang tercantum di layar hp ku tersebut. “Halo
Re..” jawab ku segera. “Ada apaan lagi sih lo nyusahin aja kalau lo takut ya
lapor aja sama polisi jangan lapor sama gue dong” Sahut Rere dengan nada sebal
dan tak perduli Tuutt tutt tiba-tiba saja Rere mematikan ponselnya. Entah ada
apa dengan Rere dia tampak kesal dan sangat marah padaku. Aku kebingungan
dengan semua ini saat aku membutuhkannya ia tidak ada menolongku malah
memarahiku dan bersikap tak perduli. Aku merasa kecewa dengan semua sikapnya
itu. Namun aku berrusaha sabar mungkin dia juga sedang dalam masalam pikirku.
Aku tak ingin karena masalahku ini kami pun jadi bertengkar.
aku
berusaha menelpon Radit namun Radit hanya menjawab kalau iya sibuk sepanjang
hari ini. Aku terus menelponnya tapi tak pernah ada jawaban darinya. Begitupun
dengan Rere berkali-kali aku menelponnya
namun tak pernah diangkat entah karna dia sibuk atau dia marah padaku.
Kali ini tak ada guru yang masuk dan seluruh murid di pulangkan karna guru akan
mengadakan rapat. Saat dijalan tiba-tiba saja seorang anak kecil menghampiriku
dan memberi ku setangkai bunga mawar merah dan selembar kertas yang bertuliskan
“hidupmu adalah hidupku” namun yang mengerikan sekali tulisan iitu pun ditulis
dengan darah. Aku ingin bertanya pada anak kecil itu namun ia telah lari dan
entah kemana.
Dengan
lemas seluruh badan ku serasa hidupku
telah berada pada sahabat baik ku sendiri saat ku lihat Rere jalan
bersama Radit dengan bergandengan mesra. Aku tak sanggup untuk menghampiri
mereka saat kulihat amplop yang begitu
mirip yang dikirim ke loker ku tadi pagi rere memegang amplop itu dan juga jari
telunjuknya terluka yang pasti mengeluarkan banyak darah otakku semakin meresap
semua kejadian yang telah menimpa ku selama ini. Aku tak pernah menyadari Rere
akan melakukan ini pada ku. Kriinggg.. kringg.. hp ku berbunyi dengan nama
ibuku tertera dilayar.” Halo bu..” sahut ku dengan nada lemas. Tiba-tiba saja hatiku
terasa tergoncang dan begitu sakitnya saat ibuku berkata akan bercerai dengan
ayah ku dikarenakan ayah ku selingkuh dan tak bisa ku maafkan lagi ketika ibuku
berkata bahwa ayah ku telah sekingkuh dengan sahabat ku sendri yaitu Rere.
Sungguh
aku tak mennyangka semua itu terjadi pada ku dengan penuh kecewa aku hanya
menatap Rere dan Radit dari kejauhan. Namun tiba-tiba saja Rere melihat ku
dengan melambai sambail memegang hp dan tersenyum padaku. Dan hp ku berbunyi saat ku lihat ternyata sms
dari orang yang begitu ku kenal sms itu dari Rere dia hanya menuliskan pesan “hidupmu adalah hidup ku”
Sungguh
aku tak percaya Rere melakukan hal ini
padaku. Namun keluarga ku lebih penting daripada Radit dan Rere aku pun berlari
sekencang-kencangnya membiarkan airmata menetas jatuh dari pipiku. Aku khawatir
dengan kondisi keluargaku yang kini telah hancur karena sahabat karib ku
sendiri.
“Ayahhh..”
teriakku saat ku lihat ayahku akan pergi dengan membawa koper yang pasti berisi
pakaian. “Emi.. jaga ibumu baik-baik.”
Hanya itu kata terakhir dari ayahku tanpa memikirkan peasaanku saat ini. Ibuku
yang terus menangis karena semua ini tak bisa berpikir lagi bagaimana dengan
kondisi keluarga kami.
Why..???
aku slalu bertanya pada hatiku why? Aku tak pernah sadar saat Rere bertanya
tentang persahabatan yang munafik, saat Rere membeli buku dengan judul sahabat
yang penghianat, saat Rere ikut ke acara Radit ia mengirimku pesan bahwa ia
telah pulang duluan dan saat malam itu juga ayah ku keluar tanpa mengatakan
pada ibuku, saat Rere izin tak masuk sekolah saat itu juga Radit berkata padaku
dia sibuk sepanjang hari yang sebenarnya di tak pernah sesibuk itu, saat sebuah
kado yang ku terima adalah kain hitam dengan bercak darah saat malam acara Radit,
Rere menggunakan pakaian dan aksesoris serba hitam,
Aku
tak menyangka sahabat baik yang telah ku anggap saudara itu tega menyakitiku
hingga menghancurkan semua kebahagiaan ku.” Kenapa kau tega Re kenapa harus
orang tuaku. Mereka udah menganggap kamu sebagai anak sendiri tapi kenapa kamu
tega lakukan ini.” Ungkapku dalam hati dengan pikiran kacau dan terus berderai
air mata.
Ternyata
sahabat penghianat itu benar adanya bukan lah hanya sebuah dongeng belaka.
Semua sudah terjadi semua ini sudah direncanakan sebelumnya. Aku yakin Rere
sudah ingin menghancurkan semua ini. Rere memang tidak suka melihat ku bahagia.
Dia terlalu iri dengan hidupku.
Semua
kejadian itu tanpa aku sadari ternyata telah diatur dan aku bagaikan wayang
yang begitu mudah diatur. Saat rere mengucapkan kata terakhir yang begitu
membuatku bahagia namun ternyata kata-kata terakhir itu sekarang membuatku
terluka dan kecewa. Hidupmu adalah hidupku.