Oleh: Nur Amelia Sanusi Putri
PENDAHULUAN
Kata
remaja berasal dari Bahasa latin adolescentia
yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan
sosial. (Marmi dan Margiyati, 2013). Masa remaja merupakan masa transisi atau
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Banyak perbuatan atau
tingkah laku remaja yang sulit dimengerti. Masa remaja biasa juga dikenal sebagai
masa kesukaran (Sarwono, 2010). Masa remaja dibedakan menjadi tiga berdasarkan
rentang usia yaitu, masa remaa awal antara usia 12-15 tahun, masa remaa tengah
antara usia 15-18 tahun, dan masa remaa akhir antara usia 18-21 tahun (Marmi
dan Margiyati, 2013).
Remaja
adalah generasi penerus masa depan, orang tua memiliki tanggung jawab besar
terhadap tumbuh kembang anak dengan memberikan rasa aman dan nyaman. Mengingat orang
tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Perkembangan remaja saat ini
mengalami banyak perubahan sosial yang cepat diiringi dengan kehidupan yang semakin
modern dan mempengaruhi gaya hidup remaja bahkan tingkah lakunya. Ada beberapa
hal buruk yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup seorang anak, salah
satunya kekerasan dan seks bebas.
Data
menunjukan bahwa 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap
tahunnya, sekitar 15-20 % dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan
hubungan seksual diluar nikah. Jumlah aborsi sekitar 2,3 juta dan 15-20%
diantaranya dilakukan oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 1,7 juta
kelahiran dari perempuan berusia dibawah 24 tahun dan sebagian adalah kehamilan
yang tidak diinginkan (Rahma, 2018).
Kekerasan
seksual yang terjadi pada tahun 2018 menempati peringkat pertama sebanyak 2.670
kasus (76%), pelaku kekerasan seksual yang terjadi justru dilakukan oleh orang
terdekat dari korban dengan peringkat tertinggi dilakukan oleh pacar sendiri
sebanyak 1.528 orang, diikuti ayah kandung sebanyak 425 orang, dan paman
sebanyak 322 orang (Komnas perempuan, 2018).
Kekerasan
dan seks bebas yang terjadi pada anak di bawah umur atau remaja menjadi fokus
perhatian pemerintah. Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan
pemahaman kepada anak tentang seksualitas. Orang tua dituntut untuk lebih
terbuka dan menjalin komunkasi yang baik kepada anak mengenai persoalan
seksualitas. Namun banyak orang tua cenderung merasa sungkan ketika harus membicarakan
tentang seks di hadapan anak-anaknya. Berkaitan dengan kurang terbukanya
informasi mengenai seks yang benar dalam masyarakat, bahkan muncul kecenderungan
membiarkan seks dianggap tidak bermoral dan tabu jika dibicarakan secara
terbuka (Martin dalam Alvin dan Ira, 2015).
Maraknya
kasus kekerasan seksual pada anak (Child
Abuse) yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak termasuk keluarga menunjukan
pentingnya pemahaman akan pendidikan seks usia dini (Emmanuel dkk, 2018). Banyak
orang tua justru salah kaprah yang menganggap bahwa pendidikan seks seharusnya
diajarkan oleh pihak sekolah, namun seharusnya orang tua yang memiliki tanggung
jawab memperkenalkan anak mengenai pendidikan seks dan pihak sekolah akan melengkapi
dengan memberikan informasi lebih lanjut kepada anak. Peran orang tua terutama
ibu sangat penting untuk mengenalkan tentang pendidikan seks sejak dini pada anaknya (Listiyana
dalam Ajeng, 2012).
Seks bebas yang kerap terjadi saat ini bukan
hanya berasal dari hubungan antara kekasih saja melainkan sudah menjurus hingga
banyak kasus yang terjadi ustru sesama keluarga sendirilah yang melakukan seks
bebas. Rendahnya moral seseorang menjadikannya nekat melakukan apapun asalkan
hasrat atau keinginannya terpenuhi begitupun terhadap kasus kekerasan di
kalangan remaja yang kerap terjadi justru kekasihnya atau pacarnya lah yang
melakukan kekerasan tersebut, banyak kasus menyebutkan kekerasan terjadi karena
ancaman yang terus diberikan oleh pelaku kepada korban yang lagi-lagi
dikarenakan telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Banyaknya
remaja yang melakukan seks pra nikah memiliki dampak yang berkesinambungan,
khususnya bagi para perempuan yang akhirnya harus mengalami kehamilan. Banyak terjadi
kasus pembuangan bayi dikarenakan mental yang belum siap menerima tanggung jawab
besar bahkan hingga kasus aborsi ilegal yang di lakukan dengan berbagai cara
yang justru akan berdampak terhadap kesehatan perempuan itu sendiri, stres yang
ditimbulkan karena keadaan yang tidak diinginkan juga akan memberikan dampak
buruk hingga dapat menyebabkan kasus kematian.
Banyaknya
kasus tentang seks bebas dan kekerasan
pada anak usia dini hingga remaja menjadi hal yang sangat memprihatinkan seluruh
masyarakat bukan hanya orang tuanya saja dan harus segera dicari solusinya. Ini
bukan hanya menjadi tugas bagi para orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah. Remaja
adalah penerus bangsa yang tentu seluruh masyrakat harus ikut serta dalam menjaga
dan melindungi mereka dari kekerasan dan seks bebas yang dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Untuk
membantu seluruh pihak dalam mengatasi problema freesex maka penulis memberikan sebuah program yang bernama Peduli
Remaja Melalui Gerakan CEMARA (Ceria Memantau Remaja). Gerakan cemara memiliki tiga
konsep yang akan dijalankan diantaranya Garnik (Gambar Unik) yang mudah
dipahami oleh anak, Merakit (Media Interaktif) yang berisi aplikasi pembelajaran
bernama REKAT, dan Hashtag Freesex Combat
yang akan digunakan pada media sosial untuk meningkatkan kecemasan remaja terhadap
seks bebas.
PEMBAHASAN
Pendidikan
seksual (Education Sex) merupakan cara
pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk mengatasi masalah
yang bersumber pada dorongan seksual, dengan tujuan untuk menerangkan segala
hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar (Emmanuel
dkk, 2018).
Mengurangi
terjadinya seks bebas dan juga kekerasan dalam berhubungan dikalangan remaja
bukan hanya sebatas tanggung jawab dan tugas orang tua ataupun pihak sekolah, seluruh
masyarakat mengambil andil sangat penting dalam hal memantau remaja-remaja
dalam berperilaku. Oleh karena itu penulis ingin masyarakat lebih perduli
terhadap seluruh remaja mengingat merekalah yang akan menjadi penerus kemajuan bangsa.
Bangsa yang maju tentu salah satunya dikarenakan moral anak bangsanya. Melalui Gerakan
CEMARA (Ceria Memantau Remaja) diharapkan masyarakat peduli terhadap seluruh
remaja bukan hanya terhadap anak mereka saja.
Beberapa
hal yag akan dilakukan dalam gerakan cemara diantaranya adalah:
1.
Memperkenalkan GARNIK (Gambar Unik) merupakan
sebuah gambar yang unik yang berisi keterangan dari gambar itu sendiri yang
meberikan penjelasan tentang pendidikan seks, misalnya anggota tubuh yang tidak
boleh disentuh oleh orang lain dan penjelasan tentang kekerasan pada remaja. Alat
dan bahan yang digunakan dalam pembuatan garnik hanya pensil, pensil warna,
kertas, dan pulpen. Pembuatan garnik dapat dilakukan dengan menggambar sendiri
atau dengan bantuan guru disekolah sehingga anak tinggal melengkapi tulisan dan
memahami pejelasan yang akan diberikan oleh guru. Garnik baik di perkenalkan
untuk pendidikan seks pada anak usia dini atau pada anak yang sudah menanyakan dari
mana mereka berasal. Menggunakan garnik untuk menjelaskan pada anak yang
tergolong usia dini menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Anak-anak tidak
terpaku pada penjelasan saja tetapi juga dengan gambar-gambar yang mudah dimengerti
anak sehingga anak akan lebih aktif. Disetiap sekolah khususnya pengajar PAUD harus memberikan pendidikan seks bagi
anak-anak dengan menggunakan garnik agar lebih terkesan belajar sambil bermain
sehingga tidak terlihat pembahasan yang tabu.
2.
MERAKIT (Media Interaktif) melalui Aplikasi
REKAT
Mengingat
dunia yang semakin tahun semakin modern tidak mengherankan jika hampir seluruh
masyarakat menggunakan gawai dalam kehidupannya, dilengkapi dengan beragam
aplikasi yang mendukung sesuai kebutuhannya. Di luar negeri, tepatnya di New York
terdapat aplikasi bernama Hollaback
yang merupakan aplikasi android yang perduli terhadap banyak orang untuk
memiliki kebebasan bergerak melalui ruang publik yang tidak mengalami kekerasan
dan diskriminasi ketika mereka berada dijalan,
pergi kesekolah, duduk ditaman, menghadiri protes publik, dan berpartisipasi
secara online atau dimedia. Aplikasi ini memberikan peta lokasi beberapa tempat
terjadinya pelecehan yang dialami oleh korban, pada aplikasi ini para korban
bisa saling berbagi cerita dan menandai lokasi pada peta teradinya pelecehan sehingga menghindarkan
orang lain untuk lebih waspada lagi agar
tidak terjadi pelecehan seksual I tempat yang sama (ihollaback.org, 2005).
Sama
halnya dengan aplikasi yang baru-baru ini di luncurkan oleh dosen Akademi
Kebidanan Mutiara Mahakam Samarinda dengan nama What’s Dating Violence yang mana aplikasi ini berisi informasi
penting tentang kekerasan dalam hubungan pacaran remaja. Aplikasi ini mengurangi
rasa cemas dan mencegah kekerasan dengan memberikan banyak informasi tentang kesehatan
bukan hanya secara fisik tapi juga mental termasuk kebiasaan buruk dan dampak
dari kekerasan berpacaran yang terjadi.
Harapannya
juga tercipta aplikasi khusus untuk remaja yang memberikan penjelasan dan keamanan
bagi seluruh remaja mengenai seks bebas dan bahayanya. Pada aplikasi juga
memberikan kewenangan bagi semua pengguna jika ingin berbagi cerita tentang kesalahan
seks bebas yang dilakukannya ataupun kekerasan yang dialaminya dengan tanpa
memberikan nama asli atau hanya sekedar anonim. Dengan harapan cerita dari para
pengguna akan menjadikan remaja lain turut mawas diri dalam berhubungan dan
bergaul dengan lawan jenis. Pada aplikasi ini juga akan diberikan Pendidikan seks
dari dasar sehingga dapat digunakan oleh banyak orang bukan hanya remaja saya
tapi juga orang tua untuk menjelaskan kepada anaknya yang masih usia dini. Adanya
aplikasi ini juga diharapkan para remaja yang sudah terlanjur berhubungan seks pra
nikah dapat sadar dan menjadi lebih baik dengan rajin membaca penjelasan dan
beragam artikel yang diberikan.
3.
Hashtag
freesex combat
Banyaknya
remaja yang telah difasilitasi oleh orang tuanya dengan penggunakan gawai
menjadikan banyak remaja sudah dapat mengakses banyak hal khususnya penggunaan
media sosial baik itu twitter, facebook, dan instagram. Bahkan tak jarang remaja
tidak malu menunjukan hubungannya dengan pacarnya di media sosial sampai akhirnya
sudah putus masih saling melontar kata-kata kasar lewat media sosial. Banyak remaja
yang justru tidak peduli dengan omongan orang lain ketika dia terlalu berlebihan
memamerkan hubungan dengan kekasihnya, banyak remaja yang belum menikah tapi
dengan bangga mengupload foto berpelukan di pantai dengan kekasihnya bahkan sampai
ada yang berciuman. Tingginya dampak dari penggunaan hashtag menjadi salah satu cara sederhana masyarakat membasmi seks
bebas yang dilakukaan oleh remaja. Masyarakat dituntut untuk berani dalam
bertindak untuk memberantas seks bebas. Melalui hahstag freesex combat
ini diharapkan masyarakat ikut serta dalam mempopulerkan di setiap postingannya
dan berani mencantumkan hashtag pada akun-akun
anak remaja yang telah keliru dalam menggunakan media sosial hingga menjadikan
hashtag ini sangat populer dan tranding agar banyak orang yang lebih peduli dan
menyadari pentingnya diri kita sendiri ikut memantau dengan harapan agar kita juga
dipantau agar terhindar dari perilaku seks bebas dan kekerasan dalam berhubungan
seksual.
KESIMPULAN
Masa
remaja merupakan masa peralihan menuju masa dewasa yang mana selama periode ini
banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Banyak
perbuatan atau tingkah laku remaja yang sulit dimengerti. Masa remaja biasa juga
dikenal sebagai masa kesukaran. beberapa hal buruk yang dapat mempengaruhi
perkembangan hidup seorang anak, salah satunya kekerasan dan seks bebas. Maraknya
seks bebas dan kekerasan dalam berpacaran dikalangan remaja menjadi fokus
perhatian serius bagi pemerintah, selain menghambat proses pendidikan tentu juga
menjadikan Indonesia negara yang minim moral sehingga penulis berharap dengan
adanya Gerakan CEMARA (Ceria Memantau Remaja) seluruh masyarakat turut serta
dalam menjaga remaja bukan hanya tugas orang tua, sekolah, dan pemerintah saja.
Melalui
gerakan cemara yang terdiri dari 3 program yaitu GARNIK (Gambar Unik) untuk
memudahkan penjelasan pada anak usia dini, MERAKIT (Media Interaktif) melalui
aplikasi REKAT yang bertujuan untuk tempat remaja mengetahui lebih jelas
tentang pendidikan seks termasuk dampak dan cara menanggulanginya, hashtag freesex combat yang merupakan
tanda pagar pada akun-akun media sosial seperti twiter, facebook, dan
instragram untuk memantau remaja dan memajukan gerakan menolak seks bebas agar
remaja dan masyarakat luas lebih sadar lagi akan pentingnya memerangi seks
bebas untuk kehidupan dan masa depan lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajeng, Nhimas dkk. 2018. “Pelaksanaan Pendidikan seks pada anak usia
dini oleh orang tua dan guru di TK pamekar Budi Demak”. Prosiding Seminar
Nasional
Emmanuel, dkk. 2018. “Implementasi Pendidikan Sex Pada Anak Usia Dini Di Sekolah” Jurnal Akses
Pengabdian Indonesia. Volume 3 No 1 hal 24
Hollaback. 2005. Hollaback! Together we have the power to end harassment. https://www.ihollaback.org (diakses tanggal
13 September 2019)
Ira, Alvin. 2015. “Efektivitas Pendidikan Seksual Dini Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Perilaku Seksual Sehat” Jurnal Psikologi. Volume 25 No 2 hal 26
Komnas Perempuan. 2018. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan
Tahun 2018. Jakarta: Komnas Perempuan
Marmi dan Margiyati. 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rahma, Marliana. 2018. “Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas
Dengan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Subang” Jurnal Bidan. Volume
5 No.01 hal 18
Sarwono,
sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta: Rajawali Pers