Label

Sabtu, 22 Februari 2020

Lomba Esai Nasional Fakultas Kedokteran GERAKAN CEMARA (CERIA MEMANTAU REMAJA)

jangan lupa ditulis..

GERAKAN CEMARA (CERIA MEMANTAU REMAJA)
Oleh: Nur Amelia Sanusi Putri

PENDAHULUAN
Kata remaja berasal dari Bahasa latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. (Marmi dan Margiyati, 2013). Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Banyak perbuatan atau tingkah laku remaja yang sulit dimengerti. Masa remaja biasa juga dikenal sebagai masa kesukaran (Sarwono, 2010). Masa remaja dibedakan menjadi tiga berdasarkan rentang usia yaitu, masa remaa awal antara usia 12-15 tahun, masa remaa tengah antara usia 15-18 tahun, dan masa remaa akhir antara usia 18-21 tahun (Marmi dan Margiyati, 2013).
Remaja adalah generasi penerus masa depan, orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak dengan memberikan rasa aman dan nyaman. Mengingat orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Perkembangan remaja saat ini mengalami banyak perubahan sosial yang cepat diiringi dengan kehidupan yang semakin modern dan mempengaruhi gaya hidup remaja bahkan tingkah lakunya. Ada beberapa hal buruk yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup seorang anak, salah satunya kekerasan dan seks bebas.
Data menunjukan bahwa 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar 15-20 % dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Jumlah aborsi sekitar 2,3 juta dan 15-20% diantaranya dilakukan oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 1,7 juta kelahiran dari perempuan berusia dibawah 24 tahun dan sebagian adalah kehamilan yang tidak diinginkan (Rahma, 2018).
Kekerasan seksual yang terjadi pada tahun 2018 menempati peringkat pertama sebanyak 2.670 kasus (76%), pelaku kekerasan seksual yang terjadi justru dilakukan oleh orang terdekat dari korban dengan peringkat tertinggi dilakukan oleh pacar sendiri sebanyak 1.528 orang, diikuti ayah kandung sebanyak 425 orang, dan paman sebanyak 322 orang (Komnas perempuan, 2018).
Kekerasan dan seks bebas yang terjadi pada anak di bawah umur atau remaja menjadi fokus perhatian pemerintah. Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman kepada anak tentang seksualitas. Orang tua dituntut untuk lebih terbuka dan menjalin komunkasi yang baik kepada anak mengenai persoalan seksualitas. Namun banyak orang tua cenderung merasa sungkan ketika harus membicarakan tentang seks di hadapan anak-anaknya. Berkaitan dengan kurang terbukanya informasi mengenai seks yang benar dalam masyarakat, bahkan muncul kecenderungan membiarkan seks dianggap tidak bermoral dan tabu jika dibicarakan secara terbuka (Martin dalam Alvin dan Ira, 2015).
Maraknya kasus kekerasan seksual pada anak (Child Abuse) yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak termasuk keluarga menunjukan pentingnya pemahaman akan pendidikan seks usia dini (Emmanuel dkk, 2018). Banyak orang tua justru salah kaprah yang menganggap bahwa pendidikan seks seharusnya diajarkan oleh pihak sekolah, namun seharusnya orang tua yang memiliki tanggung jawab memperkenalkan anak mengenai pendidikan seks dan pihak sekolah akan melengkapi dengan memberikan informasi lebih lanjut kepada anak. Peran orang tua terutama ibu sangat penting untuk mengenalkan tentang  pendidikan seks sejak dini pada anaknya (Listiyana dalam Ajeng, 2012).
 Seks bebas yang kerap terjadi saat ini bukan hanya berasal dari hubungan antara kekasih saja melainkan sudah menjurus hingga banyak kasus yang terjadi ustru sesama keluarga sendirilah yang melakukan seks bebas. Rendahnya moral seseorang menjadikannya nekat melakukan apapun asalkan hasrat atau keinginannya terpenuhi begitupun terhadap kasus kekerasan di kalangan remaja yang kerap terjadi justru kekasihnya atau pacarnya lah yang melakukan kekerasan tersebut, banyak kasus menyebutkan kekerasan terjadi karena ancaman yang terus diberikan oleh pelaku kepada korban yang lagi-lagi dikarenakan telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Banyaknya remaja yang melakukan seks pra nikah memiliki dampak yang berkesinambungan, khususnya bagi para perempuan yang akhirnya harus mengalami kehamilan. Banyak terjadi kasus pembuangan bayi dikarenakan mental yang belum siap menerima tanggung jawab besar bahkan hingga kasus aborsi ilegal yang di lakukan dengan berbagai cara yang justru akan berdampak terhadap kesehatan perempuan itu sendiri, stres yang ditimbulkan karena keadaan yang tidak diinginkan juga akan memberikan dampak buruk hingga dapat menyebabkan kasus kematian.
Banyaknya kasus tentang  seks bebas dan kekerasan pada anak usia dini hingga remaja menjadi hal yang sangat memprihatinkan seluruh masyarakat bukan hanya orang tuanya saja dan harus segera dicari solusinya. Ini bukan hanya menjadi tugas bagi para orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah. Remaja adalah penerus bangsa yang tentu seluruh masyrakat harus ikut serta dalam menjaga dan melindungi mereka dari kekerasan dan seks bebas yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.  
Untuk membantu seluruh pihak dalam mengatasi problema freesex maka penulis memberikan sebuah program yang bernama Peduli Remaja Melalui Gerakan CEMARA (Ceria Memantau Remaja). Gerakan cemara memiliki tiga konsep yang akan dijalankan diantaranya Garnik (Gambar Unik) yang mudah dipahami oleh anak, Merakit (Media Interaktif) yang berisi aplikasi pembelajaran bernama REKAT, dan Hashtag Freesex Combat yang akan digunakan pada media sosial untuk meningkatkan kecemasan remaja terhadap seks bebas.
PEMBAHASAN
Pendidikan seksual (Education Sex) merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk mengatasi masalah yang bersumber pada dorongan seksual, dengan tujuan untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar (Emmanuel dkk, 2018).
Mengurangi terjadinya seks bebas dan juga kekerasan dalam berhubungan dikalangan remaja bukan hanya sebatas tanggung jawab dan tugas orang tua ataupun pihak sekolah, seluruh masyarakat mengambil andil sangat penting dalam hal memantau remaja-remaja dalam berperilaku. Oleh karena itu penulis ingin masyarakat lebih perduli terhadap seluruh remaja mengingat merekalah yang akan menjadi penerus kemajuan bangsa. Bangsa yang maju tentu salah satunya dikarenakan moral anak bangsanya. Melalui Gerakan CEMARA (Ceria Memantau Remaja) diharapkan masyarakat peduli terhadap seluruh remaja bukan hanya terhadap anak mereka saja.
Beberapa hal yag akan dilakukan dalam gerakan cemara diantaranya adalah:
1.        Memperkenalkan GARNIK (Gambar Unik) merupakan sebuah gambar yang unik yang berisi keterangan dari gambar itu sendiri yang meberikan penjelasan tentang pendidikan seks, misalnya anggota tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain dan penjelasan tentang kekerasan pada remaja. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan garnik hanya pensil, pensil warna, kertas, dan pulpen. Pembuatan garnik dapat dilakukan dengan menggambar sendiri atau dengan bantuan guru disekolah sehingga anak tinggal melengkapi tulisan dan memahami pejelasan yang akan diberikan oleh guru. Garnik baik di perkenalkan untuk pendidikan seks pada anak usia dini atau pada anak yang sudah menanyakan dari mana mereka berasal. Menggunakan garnik untuk menjelaskan pada anak yang tergolong usia dini menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Anak-anak tidak terpaku pada penjelasan saja tetapi juga dengan gambar-gambar yang mudah dimengerti anak sehingga anak akan lebih aktif. Disetiap sekolah khususnya pengajar  PAUD harus memberikan pendidikan seks bagi anak-anak dengan menggunakan garnik agar lebih terkesan belajar sambil bermain sehingga tidak terlihat pembahasan yang tabu.
2.        MERAKIT (Media Interaktif) melalui Aplikasi REKAT
Mengingat dunia yang semakin tahun semakin modern tidak mengherankan jika hampir seluruh masyarakat menggunakan gawai dalam kehidupannya, dilengkapi dengan beragam aplikasi yang mendukung sesuai kebutuhannya. Di luar negeri, tepatnya di New York terdapat aplikasi bernama Hollaback yang merupakan aplikasi android yang perduli terhadap banyak orang untuk memiliki kebebasan bergerak melalui ruang publik yang tidak mengalami kekerasan dan diskriminasi ketika mereka berada  dijalan, pergi kesekolah, duduk ditaman, menghadiri protes publik, dan berpartisipasi secara online atau dimedia. Aplikasi ini memberikan peta lokasi beberapa tempat terjadinya pelecehan yang dialami oleh korban, pada aplikasi ini para korban bisa saling berbagi cerita dan menandai lokasi pada peta  teradinya pelecehan sehingga menghindarkan orang lain untuk lebih  waspada lagi agar tidak terjadi pelecehan seksual I tempat yang sama (ihollaback.org, 2005).
Sama halnya dengan aplikasi yang baru-baru ini di luncurkan oleh dosen Akademi Kebidanan Mutiara Mahakam Samarinda dengan nama What’s Dating Violence yang mana aplikasi ini berisi informasi penting tentang kekerasan dalam hubungan pacaran remaja. Aplikasi ini mengurangi rasa cemas dan mencegah kekerasan dengan memberikan banyak informasi tentang kesehatan bukan hanya secara fisik tapi juga mental termasuk kebiasaan buruk dan dampak dari kekerasan berpacaran yang terjadi.
Harapannya juga tercipta aplikasi khusus untuk remaja yang memberikan penjelasan dan keamanan bagi seluruh remaja mengenai seks bebas dan bahayanya. Pada aplikasi juga memberikan kewenangan bagi semua pengguna jika ingin berbagi cerita tentang kesalahan seks bebas yang dilakukannya ataupun kekerasan yang dialaminya dengan tanpa memberikan nama asli atau hanya sekedar anonim. Dengan harapan cerita dari para pengguna akan menjadikan remaja lain turut mawas diri dalam berhubungan dan bergaul dengan lawan jenis. Pada aplikasi ini juga akan diberikan Pendidikan seks dari dasar sehingga dapat digunakan oleh banyak orang bukan hanya remaja saya tapi juga orang tua untuk menjelaskan kepada anaknya yang masih usia dini. Adanya aplikasi ini juga diharapkan para remaja yang sudah terlanjur berhubungan seks pra nikah dapat sadar dan menjadi lebih baik dengan rajin membaca penjelasan dan beragam artikel yang diberikan.  
3.        Hashtag freesex combat
Banyaknya remaja yang telah difasilitasi oleh orang tuanya dengan penggunakan gawai menjadikan banyak remaja sudah dapat mengakses banyak hal khususnya penggunaan media sosial baik itu twitter, facebook, dan instagram. Bahkan tak jarang remaja tidak malu menunjukan hubungannya dengan pacarnya di media sosial sampai akhirnya sudah putus masih saling melontar kata-kata kasar lewat media sosial. Banyak remaja yang justru tidak peduli dengan omongan orang lain ketika dia terlalu berlebihan memamerkan hubungan dengan kekasihnya, banyak remaja yang belum menikah tapi dengan bangga mengupload foto berpelukan di pantai dengan kekasihnya bahkan sampai ada yang berciuman. Tingginya dampak dari penggunaan hashtag menjadi salah satu cara sederhana masyarakat membasmi seks bebas yang dilakukaan oleh remaja. Masyarakat dituntut untuk berani dalam bertindak untuk memberantas seks bebas. Melalui hahstag freesex combat ini diharapkan masyarakat ikut serta dalam mempopulerkan di setiap postingannya dan berani mencantumkan hashtag pada akun-akun anak remaja yang telah keliru dalam menggunakan media sosial hingga menjadikan hashtag ini sangat populer dan tranding agar banyak orang yang lebih peduli dan menyadari pentingnya diri kita sendiri ikut memantau dengan harapan agar kita juga dipantau agar terhindar dari perilaku seks bebas dan kekerasan dalam berhubungan seksual.
KESIMPULAN
Masa remaja merupakan masa peralihan menuju masa dewasa yang mana selama periode ini banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Banyak perbuatan atau tingkah laku remaja yang sulit dimengerti. Masa remaja biasa juga dikenal sebagai masa kesukaran. beberapa hal buruk yang dapat mempengaruhi perkembangan hidup seorang anak, salah satunya kekerasan dan seks bebas. Maraknya seks bebas dan kekerasan dalam berpacaran dikalangan remaja menjadi fokus perhatian serius bagi pemerintah, selain menghambat proses pendidikan tentu juga menjadikan Indonesia negara yang minim moral sehingga penulis berharap dengan adanya Gerakan CEMARA (Ceria Memantau Remaja) seluruh masyarakat turut serta dalam menjaga remaja bukan hanya tugas orang tua, sekolah, dan pemerintah saja.
Melalui gerakan cemara yang terdiri dari 3 program yaitu GARNIK (Gambar Unik) untuk memudahkan penjelasan pada anak usia dini, MERAKIT (Media Interaktif) melalui aplikasi REKAT yang bertujuan untuk tempat remaja mengetahui lebih jelas tentang pendidikan seks termasuk dampak dan cara menanggulanginya, hashtag freesex combat yang merupakan tanda pagar pada akun-akun media sosial seperti twiter, facebook, dan instragram untuk memantau remaja dan memajukan gerakan menolak seks bebas agar remaja dan masyarakat luas lebih sadar lagi akan pentingnya memerangi seks bebas untuk kehidupan dan masa depan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ajeng, Nhimas dkk. 2018. “Pelaksanaan Pendidikan seks pada anak usia dini oleh orang tua dan guru di TK pamekar Budi Demak”. Prosiding Seminar Nasional
Emmanuel, dkk. 2018. “Implementasi Pendidikan Sex Pada Anak Usia Dini Di Sekolah” Jurnal Akses Pengabdian Indonesia. Volume 3 No 1 hal 24  
Hollaback. 2005. Hollaback! Together we have the power to end harassment. https://www.ihollaback.org (diakses tanggal 13 September 2019)
Ira, Alvin. 2015. “Efektivitas Pendidikan Seksual Dini Dalam Meningkatkan Pengetahuan Perilaku Seksual Sehat” Jurnal Psikologi. Volume 25 No 2 hal 26
Komnas Perempuan. 2018. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2018. Jakarta: Komnas Perempuan
Marmi dan Margiyati. 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahma, Marliana. 2018. “Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas Dengan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Subang” Jurnal Bidan. Volume 5 No.01 hal 18
Sarwono, sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers

 

lomba puisi nasional GRAF Bumi Indonesia

jangan lupa ditulis..

Bumi Indonesia
Oleh: Nur Amelia Sanusi Putri

Perkenalkanlah dirimu
Wahai nusantara
Seperti itu dahulu orang mengenalmu
Kini kau akrab disapa Indonesia

Negeri yang merdeka, bebas katanya
Kebebasan yang diantar sampai gerbang kemerdekaan
Bukalah gerbang itu dan lihatlah
“Merdeka” kata mereka

Apakah hanya sebatas perjalanan waktu
Pengibaran bendera setiap tahun berganti
Ragam perlombaan kerupuk dan balap karung
Atau masih ada kemerdekaan yang harus diperjuangkan

Dengarkan suara itu
Teriakan mereka menganga bagai lereng goa
Putra putri negeri yang butuh pelantang untuk berkisah
Atau hanya sebuah pena melalui goresan tinta

Anak sekolah kaya akan ilmu dan pengetahuan
Gawai di tangan seperti buku jendela dunia
Tapi dari sudut ada yang mengasihani mereka
“Sungguh sayang minim budi pekerti” begitu katanya

Dahulu kemerdekaan cita-cita yang luhur
Sekarang kemerdekaan hanya sebatas perayaan
Dahulu merdeka adalah sebuah jembatan
Sekarang merdeka adalah perjuangan melawan bangsa sendiri

Mereka mahanya segala siswa
Ingin bersua untuk sekedar bercerita
Berkisah tentang bangsa dengan polemik Bhineka
Negeri kaya keragaman tapi terus berselisih tentang sara

Dawai Sasando meronta indah berselimut daun lontar
Petikan Sape khas Borneo nyaman tenang terdengar
Negeri kaya ini tidak mudah di miskinkan hanya dengan kata-kata
Ragam pembeda adalah ciri khas kekayaannya

Indonesiaku
Merdeka dengan perjuangan bukan sekedar diberikan
Banyak nyawa menjadi tulang terhampar
Tetesan darah yang telah bersatu dengan tanah

Menjaga kemerdekaan dengan mengukir prestasi adalah tugas kita
Menjadi penjaga nama baik Indonesia untuk terus merdeka
Pendengar, penggerak dan pemberi saran agar tetap kokoh berdiri
Inilah kami putra-putri penerus kemerdekaan penjaga bumi ibu pertiwi