JEMARI MUNGIL
ANAK NEGERI
Kaki ku terus melangkah dengan mantap meratapi
jalan menuju sebuah perkampungan. keringat yang selalu tampak menetes dengan setia bersama ku. namun tak pernah aku
mengeluh jika ku ingat kembali keringat kedua orang tua ku agar aku dapat bersekolah
guna cita-cita ku.
“berangkat Mil..”
sapa ibu-ibu yang tak jarang selalu ku
temui di setiap perjalanan ku. beberapa tetangga yang sudah cukup mengenal keluarga
ku.
“iya bu..”
jawab ku dengan senyum yang selalu merekah
seolah tak pernah ada beban yang ku rasakan
“Hati-hati Mil..” jawab ibu yang lain
tersenyum kepada ku
“iya bu, mariii….” Jawab ku yang langsung
berpamitan pergi.
Namaku Mila Andini kuliah di fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan jurusan
bahasa inggris dan telah semester 4. Perjalanan ku kali ini bukan untuk belajar
di kampus melainkan untuk mengajar anak-anak di perkampungan. Aku dengan iklas
mengajar mereka semua tak sedikitpun aku meminta pungutan biaya pada mereka dan
orang tuanya. Namun tak jarang ada saja orang tua yang memberi ku ucapan
terimakasih dengan makanan ataupun bahan masakan yang dapat ku bawa pulang.
Alhamdulillah setidaknya ini membantu keungan keluarga ku yang terbilang cukup
sederhana. Aku bersyukur dapat berkuliah
karena prestasi yang ku punya sehingga aku mendapatkan beasiswa dari sebuah
perusahaan ternama.
“assalamuaalaikum..” salam ku pada dua
anak yang telah datang lebih dulu. “walaikumsalam miss Mila” jawab kedua anak
tersebut.
“how are you today??”
Tanya ku yang selalu membiasakan menggunakan bahasa
Inggris agar anak-anak terbiasa.
“I’m fine miss. Thank you”
jawab kedua anak tersebut dengan serentak
dan semangat karena sapaan ini telah biasa ku berikan sehingga mereka pun telah
terbiasa.
“oh
good. So.. we say is”
“Alhamdulillah..”
jawaban serentak kami. Ya aku tak pernah
lupa mengajarkan anak-anak ini untuk tetap mengingat Allah karena bagiku kita
mempunyai tugas terhadap perintah Allah dan juga tugas menjaga negara kita.
Sungguh keduanya itu sangat penting.
Setelah semua anak berdatangan kami
memulai pelajaran dengan semangat ceria dan di penghujung pelajaran tak pernah lupa ku
minta mereka untuk menuliskan kebanggaan dan juga kegagalan mereka di hari ini.
Terkadang tulisan mereka ini selalu membuat ku tersenyum walaupun mata ini
entah bagaimana selalu ada aliran air yang keluar. Ingin rasanya ku kirim saja
surat tulisan tangan mereka ini kepada pemerintah negeri.
Keesokan harinya setelah jam kuliah usai
aku kembali membuka laptop ku dan menggerakkan jemari-jemari ku dengan sebuah
doa dan harapan. Ya hari ini aku ingin menyelesaikan proposal ku guna membantu
anak-anak di perkampungan. aku membuat 10 proposal yang ku serahkan ke beberapa
perusahaan tanah air dan berharap bahwa akan ada peluang bagi mereka semua.
Semingggu telah berlalu dari proposal yang
ku kirimkan namun sayang sedih hati saja yang ku terima tak sanggup rasa batin
ini menceritakan hasilnya kepada para anak-anak. Aku takut semangat mereka akan
luntur setelah mengetahui semua proposal di tolak karena tak yakin dengan
kemampuan yang mereka miliki. “keringat ku selama ini adalah bukti keberhasilan
mereka kelak” ucap ku dalam hati dengan menenangkan pikiranku.
Hai ini adalah hari minggu dimana setiap
hari minggu aku selalu mengajak anak-anak untuk belajar di lingkungan bebas. Sejenak
menyadarkan diri bahwa karunia Allah begitu luar biasa dengan alamnya yang
begitu indah.
“Assalamualaikum wr. wb. Today we can go
to writing spektakuler”
ucap ku pada mereka dengan sedikit terbata
agar mereka juga berpikir perlahan apa yang ku ucapkan. “Miss.. what which will
we writing??”
Tanya Susi seorang anak yang mengeja
perkata setiap pertanyaannya.
“okay.. now please write .. I HOPE bla blaa bla..”
jawab ku dengan mengangkat tanganku ke dada. Kali ini aku ingin tahu apa saja
harapan mereka kepada pemerintah. Mereka semua menulis dengan semangat dan dengan
keributan yang luar biasa karena sibuk bertanya dan sibuk membuka kamus mencari
arti dalam bahasa inggris untuk bapak dan ibu pemerintah yang sedang menjabat
menjaga agar negeri ini tetap jaya dan merdeka.
“Bapak/ibu apakah kami bisa seperti anak yang
lainnya bersekolah di gedung yang berdiri kokoh, dengan guru yang hebat dalam
mengajar, dan juga seragam yang membanggakan. Kami tidak iri namun hanya ingin menjadi orang hebat yang
akan menggantikan bapak ibu kelak duduk di pemerintahan.”
“Bapak ibu yang terhormat semoga Allah
selalu melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada bapak ibu semuanya. Saya ingin
tau berapa gaji bapak ibu di pemerintahan setiap bulannya?? Apakah jika setiap
bulan menyumbangkan 50ribu tidak bisa?? Coba saja di pikirkan jika bapak ibu
yang berada di pemerintahan menyumbang 50 ribu saja setiap bulan selama masa
jabatan. Saya yakin negeri kita tercinta ini tidak akan ada anak yang
berkeliaran di jalanan membawa minuman dan makanan guna di jual, anak dengan
alat sol sepatunya, tau bahkan anak dengan koran bawaannya. Semuanya pasti
sedang sibuk bersekolah dan menuntut ilmu.”
“Assalamualaikum untuk bapak ibu semuanya.
Apa kabar bapak ibu semuanya apakah dalam keadaan baik? insyaAllah baik semua
ya Amin. Bapak ibu yang terhormat mengapa banyak sekali usaha pemerintah untuk
meningkatkan pendidikan di negeri ini dengan cara yang menurut saya kurang
tepat. Banyak memberikan bantuan dana kepada anak yang kurang mampu. Tapi
sungguh bapak ibu lupa ada yang bahkan tidak bisa bersekolah seharusnya dana
tersebut di berikan kepada anak yang belum mampu bersekolah. Agar seluruh anak
di negeri ini mengemban pendidikan bukan justru sibuk berkeliaran di jalan
menjajakan apa yang di jualnya. Semoga kelak saya akan menggantikan posisi bapak
ibu semua. Amin..”
Beberapa surat anak-anak yang ku baca dan membuatku merasa sangat
lemah. Jelas sekali dengan nyata bagaimana harapan mereka yang sangat ingin
menempuh pendidikan.
“kriinngggg…” dering telephon tanda ada
panggilan masuk yang membangunkanku dari lamunan surat anak-anak ternyata dari
temanku yang mengatakan akan ada lomba cerdas cermat yang di adakan oleh
perusahaan asing dan pemenangnya akan mendapat beasiswa sekolah di luar negeri.
Siapa yang tak bahagia mendengarnya.
Keesokan harinya aku berjalan terus tanpa
ku pikirikan keringat yang memebasahi sebagian pakaian ku. aku tak sabar
memberitahukan kabar gembira ini pada anak-anak.
“miss..
lihat miss datang..” teriak salah seorang anak yyang melihat kedatanganku dari
kejauhan.
“assalamualaikum.. sorry I’m late” sapaku
dengan merasa bersalah telah membuat mereka menunggu.
“miss membawa kabar gembira. Siapa yang
ingin bersekolah di luar negeri dengan gratis??” Tanya ku melanjutkan dengan senyum
sumringah. Semua anak angkat tangan dengan yakinnya. Setelah ku ceritakan lomba
tersebut anak-anak sempat tak yakin karena mereka telah menyadari saingannya
pasti berat. “untuk apa melihat kehebatan seseorang jika tujuan utama Allah
memberikan mata ini sesungguhnya tidak di gunakan untuk melihat kehebatanNya”
jawabku dengan sebuah senyuman.
Anak-anak tersenyum dan serentak membuka
buku dan kamusnya. Suasana seperti ini sudah
biasa terjadi. Ketika anak didik kita mulai melemah maka haruslah ada
seorang guru yang menguatkannya. Jika anak dididk kita gagal maka haruslah
seorang guru membuatnya berhasil.
Semua sistem belajar kami ubah agar
mencapai pembelajaran yang maksimal menuju lomba tersebut. Mulai dari jadwal,
pola pikir dan juga semangat, kami mengubahnya semua. Tak sedikitpun ku lihat
lesu di batin mereka hanya keringat yang membasahi sedikit pakaian mereka dan
juga tawa canda yang ada pada mereka. Orang tua mereka juga sangat mendukung
dan bahkan mereka tidak di izinkan bekerja lagi melainkan harus fokus untuk
belajar. Tak jarang orang tua mereka menggorengkan singkong untuk kami makan
selama belajar. Aku sangat bahagia melihat semangat yang luar biasa jelas sekali harapan keberhasilan yang ingin
sekali mereka genggam.
“Hari ini adalah puncak dari perjuangan
kita selama ini. Miss bahagia telah menjadi bagian dari kalian semua. Usaha
telah kita lakukan tapi ingat belum maksimal karena kita belum membuktikannya.
Sekarang temui kedua orang tua kalian dan mintalah doa dari mereka.”
Ucapku sebelum kami menuju tempat
perlombaan. Kami hanya berdoa dan telah berusaha sejauh ini apapun hasilnya
nanti itu adalah yang terbaik.
“Assalamualaikum Mila.. udah berangkat ke
tempat lomba??”
tanya Dini yang dikirim melalui pesan singkat.
“wa’alaikum salam Din.. belum, ini masih
nunggu angkot.”
Jawabku membalas pesannya.
“semangat ya Mil, aku doain semoga
berhasil”
balasannya kemudian.
“terimakasih banyak Din.. sudah dulu ya
nanti aku kabari lagi” jawabku yang juga mengakhiri percakapan kami.
Sesampainya di tempat perlombaan kami di
persilahkan duduk di kursi paling depan. Terlihat sekali rasa deg-degan dari
anak-anak.
“children.. ingat pesan kakak ya..”
“menang kalah hal biasa dalam kompetisi
usaha dan doa harga yang sungguh tak ternilai menang Alhamdulillah kalah
Alhamdulillah karena Allah selalu bersama orang yang bersyukur”
jawaban serentak dari anak-anak yang memotong
ucapan ku, tapi sungguh kekaguman selalu ada pada mereka semua.
Lomba berjalan dengan lancar anak-anak
berhasil masuk semi final hingga akhirnya mereka pun berhasil masuk final.
Sebelum final di mulai di berikan waktu istirahat 30 menit dan kebetulan saat
itu juga sedang waktu isoma kelompok lain sibuk membaca buku dan mengunyah
makanan yang di berika oleh panitia. “anak-anak kita sholat ashar dulu ya..”
ajak ku pada mereka.
“miss.. terus kita makannya kapan??”
Tanya salah seorang anak yang langsung
memegang tanganku.
“sehabis sholat kita langsung makan waktu
istirahatnya masih cukup kok”
jawabku dengan membelai rambutnya.
“karena sholat tidak boleh kita
tinggalkan, Allah saja tidak pernah meninggalkan kita”
jawaban serentak dari anak-anak yang
langsung serentak memeluk ku.
Final di mulai dan sungguh deg-degan
rasanya. Aku tak bisa membohongi hatiku sendiri ada ketakutan jika mereka
gagal. Aku takut jika kegagalan ini mengubur semua harapan mereka. Nilai sering
kali seri setiap kelompok.
“Assalaamuaalaikum Mil..”
sapa Dini dari belakang.
“wa’alaikumsalam Din.. duduk !”
jawabku dengan sedikit masih terkejut.
“aku yakin mreka pasti bisa”
jawab Dini dengan menggenggam tangan ku.
ya Dini yang memberikan info tentang lomba ini kepadaku. Tanpa menjawab aku
hanya mengangguk dan kami tersenyum bersama.
Teriakan HORE… dari anak-anak ketika di
umumkan akan kemenangan mereka. Seluruh penonton bediri dan bertepuk tangan dan
aku masih tertunduk karena suatu kebanggaan dan tanpa sadar saja air mata ini
mengalir dengan hebatnya.
“you the best Mila !”
ucap Dini yang langsung memeluk ku.
Anak –anak yang langsung berlarian dari
atas panggung dan juga ikut memeluk ku semakin membuat ku tak bisa menahan air
mataku para penonton seakan terhipnotis dengan pemandangan haru yang sedang kami
tampilkan.
“okay.. Now ! we say..” “Alhamdulillah..”
jawab anak-anak dengan semangat. Seketika
saja semua penonton dan para juri bertepuk tangan.
“baik pak di setujui”
ucap ku ketika berjabat tangan dengan pemilik
perusahaan asing setelah membaca prosedur beasiswa yang akan di terima oleh
anak-anak. Orang tua mereka pun telah menyetujui syarat dan juga ketentuan yang
di berikan dengan telah menandatangani beberapa berkas dan mengiklaskan anak
mereka akan jauh dari dekapan mereka.
Hari ini anak-anak akan berangkat. Namun
aku tak bisa ikut mengantar mereka ke bandara karena ada jam kuliah yang tak
bisa ku tinggalkan. Aku tak berani memintta izin dari dosenku yang satu ini.
Dosen yang luar biasa dengan kedisiplinannya.
“Mila Andini. Keluar dari jam kuliah saya
sekarang” sentak batinku terkaget ketika aku merasa di usir keluar entah apa
salahku. Namun yang ku tahu hanyalah aku di keluarkan oleh dosen dari jam
kuliahnya.
“maaf pak saya salah apa ya??”
Tanya ku dengan sedikit hati-hati. Tanpa jawaban
namun hanya tatapan sinis yang di berika padaku. Aku pun langsung mengemas buku
ku dan segera beranjak pergi.
“salahmu adalah karena kamu telah berhasil
membawa anak perkampungan ke luar negeri sehingga prodi kita ini akreditasnya akan
semakin baik”
ucap dosenku yang langsung menyalami ku
ketika aku hendak pergi. Dan ternyata anak-anak telah berada di depan ruangan
kampusku. Aku sedikit kebingungan dari mana mereka bisa masuk ke lingkungan
kampus. Namun anggukaan Dini membuat ku mengerti dan juga dosenku yang dengan
bangga menepuk bahuku dan mempersilahkan ku untuk mengantar mereka ke bandara.
Sesampainya di Bandara, suasana haru tak
bisa di lepaskan air mata dengan derasnya mengalir.
“Miss.. we love you”
jawab anak-anak dengan pelukan yang di berikan
padaku semakin membuat ku tak sanggup mengeluarkan kata apa pun.
“Mereka telah pergi .. tak hentinya ku
lihat langit yang beberapa menit tadi masih menunjukan pesawat yang mereka
tumpangi hingga telah pudar oleh awan yang menutupi mereka.”
Ucapku dalam hati yang tiba-tiba saja
meneteskaan air mata.
“Nak Mila.. ”
sapa seorang ibu yang menepuk pundakku.
“iya bu?”
jawabku yang langsung mengusap air mata.
“ibu mengucapkan terimakasih banyak..
karena kamu telah mengajar anak kami semua dengan baik hingga mereka telah
mendapatkan pendidikan yang layak bahkan sangat layak”
ucap seorang ibu yang juga di sertai
anggukan orang tua yang lainnya.
“saya sangat bangga, anak ibu bapak semua
luar biasa hebatnya. Mereka hebat karena mereka sendiri bukan karena saya.
Sungguh.”
Jawabku dengan tersenyum dan kembali menatap
ke arah awan.
“Mereka telah terbang hingga keawan.
Mengukir sebuah kata indah akan keberhasilan. Biar lah saja seperti kura-kura
berjalan lambat namun tetap berjalan agar sampai pada tujuan, bersembunyi
karena ketakutan tidak harus melawan, kura-kura memang lemah tapi banyak yang
terlupa ia mempunyai cangkang yang kuat. Anak-anak itu memang lemah tapi
semangat mereka sekuat baja. Bagaimana ini ??? apakah kita akan terus melepas
muda mudi kita untuk bangsa asing??? 21
April 2014.” selembar kertas putih yang
baru saja ku hiasi dengan tinta sebuah pena. Ku tutup buku catatan ku
dan langsung membawa kapalku berlayar ke pulau kapuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar