Label

Kamis, 24 Januari 2019

CERPEN JEMARI MUNGIL ANAK NEGERI

jangan lupa ditulis..


JEMARI  MUNGIL  ANAK  NEGERI

Kaki ku terus melangkah dengan mantap meratapi jalan menuju sebuah perkampungan. keringat yang selalu tampak menetes  dengan setia bersama ku. namun tak pernah aku mengeluh jika ku ingat kembali keringat kedua orang tua ku agar aku dapat bersekolah guna cita-cita ku.
“berangkat  Mil..”
sapa ibu-ibu yang tak jarang selalu ku temui di setiap perjalanan ku. beberapa tetangga yang sudah cukup mengenal keluarga ku.
“iya bu..”
jawab ku dengan senyum yang selalu merekah seolah tak pernah ada beban yang ku rasakan
“Hati-hati Mil..” jawab ibu yang lain tersenyum kepada ku
“iya bu, mariii….” Jawab ku yang langsung berpamitan pergi.
Namaku Mila Andini kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan  jurusan bahasa inggris dan telah semester 4. Perjalanan ku kali ini bukan untuk belajar di kampus melainkan untuk mengajar anak-anak di perkampungan. Aku dengan iklas mengajar mereka semua tak sedikitpun aku meminta pungutan biaya pada mereka dan orang tuanya. Namun tak jarang ada saja orang tua yang memberi ku ucapan terimakasih dengan makanan ataupun bahan masakan yang dapat ku bawa pulang. Alhamdulillah setidaknya ini membantu keungan keluarga ku yang terbilang cukup sederhana.  Aku bersyukur dapat berkuliah karena prestasi yang ku punya sehingga aku mendapatkan beasiswa dari sebuah perusahaan ternama.
“assalamuaalaikum..” salam ku pada dua anak yang telah datang lebih dulu. “walaikumsalam miss Mila” jawab kedua anak tersebut.
“how are you today??”
Tanya ku  yang selalu membiasakan menggunakan bahasa Inggris agar anak-anak terbiasa.
“I’m fine miss. Thank you”
jawab kedua anak tersebut dengan serentak dan semangat karena sapaan ini telah biasa ku berikan sehingga mereka pun telah terbiasa.
 “oh good. So.. we say is”
“Alhamdulillah..”
jawaban serentak kami. Ya aku tak pernah lupa mengajarkan anak-anak ini untuk tetap mengingat Allah karena bagiku kita mempunyai tugas terhadap perintah Allah dan juga tugas menjaga negara kita. Sungguh keduanya itu sangat penting.
Setelah semua anak berdatangan kami memulai pelajaran dengan semangat ceria  dan di penghujung pelajaran tak pernah lupa ku minta mereka untuk menuliskan kebanggaan dan juga kegagalan mereka di hari ini. Terkadang tulisan mereka ini selalu membuat ku tersenyum walaupun mata ini entah bagaimana selalu ada aliran air yang keluar. Ingin rasanya ku kirim saja surat tulisan tangan mereka ini kepada pemerintah negeri.
Keesokan harinya setelah jam kuliah usai aku kembali membuka laptop ku dan menggerakkan jemari-jemari ku dengan sebuah doa dan harapan. Ya hari ini aku ingin menyelesaikan proposal ku guna membantu anak-anak di perkampungan. aku membuat 10 proposal yang ku serahkan ke beberapa perusahaan tanah air dan berharap bahwa akan ada peluang bagi mereka semua.
Semingggu telah berlalu dari proposal yang ku kirimkan namun sayang sedih hati saja yang ku terima tak sanggup rasa batin ini menceritakan hasilnya kepada para anak-anak. Aku takut semangat mereka akan luntur setelah mengetahui semua proposal di tolak karena tak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. “keringat ku selama ini adalah bukti keberhasilan mereka kelak” ucap ku dalam hati dengan menenangkan pikiranku.
Hai ini adalah hari minggu dimana setiap hari minggu aku selalu mengajak anak-anak untuk belajar di lingkungan bebas. Sejenak menyadarkan diri bahwa karunia Allah begitu luar biasa dengan alamnya yang begitu indah.
“Assalamualaikum wr. wb. Today we can go to writing spektakuler”
ucap ku pada mereka dengan sedikit terbata agar mereka juga berpikir perlahan apa yang ku ucapkan. “Miss.. what which will we writing??”
Tanya Susi seorang anak yang mengeja perkata setiap pertanyaannya.
 “okay..  now please write .. I HOPE bla blaa bla..” jawab ku dengan mengangkat tanganku ke dada. Kali ini aku ingin tahu apa saja harapan mereka kepada pemerintah. Mereka semua menulis dengan semangat dan dengan keributan yang luar biasa karena sibuk bertanya dan sibuk membuka kamus mencari arti dalam bahasa inggris untuk bapak dan ibu pemerintah yang sedang menjabat menjaga agar negeri ini tetap jaya dan merdeka.
“Bapak/ibu apakah kami bisa seperti anak yang lainnya bersekolah di gedung yang berdiri kokoh, dengan guru yang hebat dalam mengajar, dan juga seragam yang membanggakan. Kami tidak iri  namun hanya ingin menjadi orang hebat yang akan menggantikan bapak ibu kelak duduk di pemerintahan.”
“Bapak ibu yang terhormat semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada bapak ibu semuanya. Saya ingin tau berapa gaji bapak ibu di pemerintahan setiap bulannya?? Apakah jika setiap bulan menyumbangkan 50ribu tidak bisa?? Coba saja di pikirkan jika bapak ibu yang berada di pemerintahan menyumbang 50 ribu saja setiap bulan selama masa jabatan. Saya yakin negeri kita tercinta ini tidak akan ada anak yang berkeliaran di jalanan membawa minuman dan makanan guna di jual, anak dengan alat sol sepatunya, tau bahkan anak dengan koran bawaannya. Semuanya pasti sedang sibuk bersekolah dan menuntut ilmu.”
“Assalamualaikum untuk bapak ibu semuanya. Apa kabar bapak ibu semuanya apakah dalam keadaan baik? insyaAllah baik semua ya Amin. Bapak ibu yang terhormat mengapa banyak sekali usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di negeri ini dengan cara yang menurut saya kurang tepat. Banyak memberikan bantuan dana kepada anak yang kurang mampu. Tapi sungguh bapak ibu lupa ada yang bahkan tidak bisa bersekolah seharusnya dana tersebut di berikan kepada anak yang belum mampu bersekolah. Agar seluruh anak di negeri ini mengemban pendidikan bukan justru sibuk berkeliaran di jalan menjajakan apa yang di jualnya. Semoga kelak saya akan menggantikan posisi bapak ibu semua. Amin..”
Beberapa surat anak-anak  yang ku baca dan membuatku merasa sangat lemah. Jelas sekali dengan nyata bagaimana harapan mereka yang sangat ingin menempuh pendidikan.
 “kriinngggg…” dering telephon tanda ada panggilan masuk yang membangunkanku dari lamunan surat anak-anak ternyata dari temanku yang mengatakan akan ada lomba cerdas cermat yang di adakan oleh perusahaan asing dan pemenangnya akan mendapat beasiswa sekolah di luar negeri. Siapa yang tak bahagia mendengarnya.
Keesokan harinya aku berjalan terus tanpa ku pikirikan keringat yang memebasahi sebagian pakaian ku. aku tak sabar memberitahukan kabar gembira ini pada anak-anak.
 “miss.. lihat miss datang..” teriak salah seorang anak yyang melihat kedatanganku dari kejauhan.
“assalamualaikum.. sorry I’m late” sapaku dengan merasa bersalah telah membuat mereka menunggu. 
“miss membawa kabar gembira. Siapa yang ingin bersekolah di luar negeri dengan gratis??” Tanya ku melanjutkan dengan senyum sumringah. Semua anak angkat tangan dengan yakinnya. Setelah ku ceritakan lomba tersebut anak-anak sempat tak yakin karena mereka telah menyadari saingannya pasti berat. “untuk apa melihat kehebatan seseorang jika tujuan utama Allah memberikan mata ini sesungguhnya tidak di gunakan untuk melihat kehebatanNya” jawabku dengan sebuah senyuman.
Anak-anak tersenyum dan serentak membuka buku dan kamusnya. Suasana seperti ini sudah  biasa terjadi. Ketika anak didik kita mulai melemah maka haruslah ada seorang guru yang menguatkannya. Jika anak dididk kita gagal maka haruslah seorang guru membuatnya berhasil.
Semua sistem belajar kami ubah agar mencapai pembelajaran yang maksimal menuju lomba tersebut. Mulai dari jadwal, pola pikir dan juga semangat, kami mengubahnya semua. Tak sedikitpun ku lihat lesu di batin mereka hanya keringat yang membasahi sedikit pakaian mereka dan juga tawa canda yang ada pada mereka. Orang tua mereka juga sangat mendukung dan bahkan mereka tidak di izinkan bekerja lagi melainkan harus fokus untuk belajar. Tak jarang orang tua mereka menggorengkan singkong untuk kami makan selama belajar. Aku sangat bahagia melihat semangat yang luar biasa  jelas sekali harapan keberhasilan yang ingin sekali mereka genggam.
“Hari ini adalah puncak dari perjuangan kita selama ini. Miss bahagia telah menjadi bagian dari kalian semua. Usaha telah kita lakukan tapi ingat belum maksimal karena kita belum membuktikannya. Sekarang temui kedua orang tua kalian dan mintalah doa dari mereka.”
Ucapku sebelum kami menuju tempat perlombaan. Kami hanya berdoa dan telah berusaha sejauh ini apapun hasilnya nanti itu adalah yang terbaik.
 “Assalamualaikum Mila.. udah berangkat ke tempat lomba??”
 tanya Dini yang dikirim melalui pesan singkat.
 “wa’alaikum salam Din.. belum, ini masih nunggu angkot.”
Jawabku membalas pesannya.
“semangat ya Mil, aku doain semoga berhasil”
balasannya kemudian.
“terimakasih banyak Din.. sudah dulu ya nanti aku kabari lagi” jawabku yang juga mengakhiri percakapan kami.
Sesampainya di tempat perlombaan kami di persilahkan duduk di kursi paling depan. Terlihat sekali rasa deg-degan dari anak-anak.
“children.. ingat pesan kakak ya..”
“menang kalah hal biasa dalam kompetisi usaha dan doa harga yang sungguh tak ternilai menang Alhamdulillah kalah Alhamdulillah karena Allah selalu bersama orang yang bersyukur”
 jawaban serentak dari anak-anak yang memotong ucapan ku, tapi sungguh kekaguman selalu ada pada mereka semua.
Lomba berjalan dengan lancar anak-anak berhasil masuk semi final hingga akhirnya mereka pun berhasil masuk final. Sebelum final di mulai di berikan waktu istirahat 30 menit dan kebetulan saat itu juga sedang waktu isoma kelompok lain sibuk membaca buku dan mengunyah makanan yang di berika oleh panitia. “anak-anak kita sholat ashar dulu ya..”
ajak ku pada mereka.
 “miss.. terus kita makannya kapan??”
Tanya salah seorang anak yang langsung memegang tanganku.
“sehabis sholat kita langsung makan waktu istirahatnya masih cukup kok”
jawabku dengan membelai rambutnya.
“karena sholat tidak boleh kita tinggalkan, Allah saja tidak pernah meninggalkan kita”
jawaban serentak dari anak-anak yang langsung serentak memeluk ku.
Final di mulai dan sungguh deg-degan rasanya. Aku tak bisa membohongi hatiku sendiri ada ketakutan jika mereka gagal. Aku takut jika kegagalan ini mengubur semua harapan mereka. Nilai sering kali seri setiap kelompok.
“Assalaamuaalaikum Mil..”
sapa Dini dari belakang.
 “wa’alaikumsalam Din.. duduk !”
jawabku dengan sedikit masih  terkejut.
“aku yakin mreka pasti bisa”
jawab Dini dengan menggenggam tangan ku. ya Dini yang memberikan info tentang lomba ini kepadaku. Tanpa menjawab aku hanya mengangguk dan kami tersenyum bersama.
Teriakan HORE… dari anak-anak ketika di umumkan akan kemenangan mereka. Seluruh penonton bediri dan bertepuk tangan dan aku masih tertunduk karena suatu kebanggaan dan tanpa sadar saja air mata ini mengalir dengan hebatnya.
“you the best Mila !”
ucap Dini yang langsung memeluk ku.
Anak –anak yang langsung berlarian dari atas panggung dan juga ikut memeluk ku semakin membuat ku tak bisa menahan air mataku para penonton seakan terhipnotis dengan pemandangan haru yang sedang kami tampilkan.
 “okay.. Now ! we say..” “Alhamdulillah..”
jawab anak-anak dengan semangat. Seketika saja semua penonton dan para juri bertepuk tangan.
“baik pak di setujui”
 ucap ku ketika berjabat tangan dengan pemilik perusahaan asing setelah membaca prosedur beasiswa yang akan di terima oleh anak-anak. Orang tua mereka pun telah menyetujui syarat dan juga ketentuan yang di berikan dengan telah menandatangani beberapa berkas dan mengiklaskan anak mereka akan jauh dari dekapan mereka.
Hari ini anak-anak akan berangkat. Namun aku tak bisa ikut mengantar mereka ke bandara karena ada jam kuliah yang tak bisa ku tinggalkan. Aku tak berani memintta izin dari dosenku yang satu ini. Dosen yang luar biasa dengan kedisiplinannya.
 “Mila Andini. Keluar dari jam kuliah saya sekarang” sentak batinku terkaget ketika aku merasa di usir keluar entah apa salahku. Namun yang ku tahu hanyalah aku di keluarkan oleh dosen dari jam kuliahnya.
 “maaf pak saya salah apa ya??”
 Tanya ku dengan sedikit hati-hati. Tanpa jawaban namun hanya tatapan sinis yang di berika padaku. Aku pun langsung mengemas buku ku dan segera beranjak pergi.
“salahmu adalah karena kamu telah berhasil membawa anak perkampungan ke luar negeri sehingga prodi kita ini akreditasnya akan semakin baik”
ucap dosenku yang langsung menyalami ku ketika aku hendak pergi. Dan ternyata anak-anak telah berada di depan ruangan kampusku. Aku sedikit kebingungan dari mana mereka bisa masuk ke lingkungan kampus. Namun anggukaan Dini membuat ku mengerti dan juga dosenku yang dengan bangga menepuk bahuku dan mempersilahkan ku untuk mengantar mereka ke bandara.
Sesampainya di Bandara, suasana haru tak bisa di lepaskan air mata dengan derasnya mengalir.
 “Miss.. we love you”
 jawab anak-anak dengan pelukan yang di berikan padaku semakin membuat ku tak sanggup mengeluarkan kata apa pun.
“Mereka telah pergi .. tak hentinya ku lihat langit yang beberapa menit tadi masih menunjukan pesawat yang mereka tumpangi hingga telah pudar oleh awan yang menutupi mereka.”
Ucapku dalam hati yang tiba-tiba saja meneteskaan air mata.
“Nak Mila.. ”
sapa seorang ibu yang menepuk pundakku.
“iya bu?”
jawabku yang langsung mengusap air mata.
“ibu mengucapkan terimakasih banyak.. karena kamu telah mengajar anak kami semua dengan baik hingga mereka telah mendapatkan pendidikan yang layak bahkan sangat layak”
ucap seorang ibu yang juga di sertai anggukan orang tua yang lainnya.
“saya sangat bangga, anak ibu bapak semua luar biasa hebatnya. Mereka hebat karena mereka sendiri bukan karena saya. Sungguh.”
 Jawabku dengan tersenyum dan kembali menatap ke arah awan.
“Mereka telah terbang hingga keawan. Mengukir sebuah kata indah akan keberhasilan. Biar lah saja seperti kura-kura berjalan lambat namun tetap berjalan agar sampai pada tujuan, bersembunyi karena ketakutan tidak harus melawan, kura-kura memang lemah tapi banyak yang terlupa ia mempunyai cangkang yang kuat. Anak-anak itu memang lemah tapi semangat mereka sekuat baja. Bagaimana ini ??? apakah kita akan terus melepas muda mudi kita untuk bangsa asing???  21 April 2014.” selembar kertas putih yang  baru saja ku hiasi dengan tinta sebuah pena. Ku tutup buku catatan ku dan langsung membawa kapalku berlayar ke pulau kapuk.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar